Jatuh Cinta Pertama Semanis Permen Karet

Nabiel Irawan
8 min readApr 29, 2024
Thumbnail Video Musik NewJeans — “Bubble Gum”

Saya sendiri tidak ingat kapan dan kepada siapa pertama kali saya jatuh cinta. Apakah itu sewaktu saya SD, SMP, atau kapan, saya tidak betul-betul ingat. Tapi saya memiliki ingatan samar-samar betapa indahnya cinta pertama itu. Seberapa cantiknya dia walau saya juga tidak betul-betul ingat siapa. Seberapa indahnya saat-saat itu. Mungkin ada pengaruh juga saya baru menyelesaikan Drama Korea Queen of Tears yang cukup mengingatkan saya betapa indahnya jatuh cinta, terutama untuk pertama kalinya.

Lagu terbaru NewJeans, “Bubble Gum”, dan video musiknya, berhasil menggambarkan manisnya jatuh cinta pertama kita di masa kecil-remaja.

Entah mengapa, pertama kali mendengarnya, saya cukup bingung. Terdapat sedikit kekecewaan karena saya rasa lagu ini tidak langsung se-catchy lagu-lagu NewJeans sebelumnya. Padahal ekspektasi saya sudah lumayan tinggi mendengar potongan lagunya yang digunakan pada iklan merk Jepang, Essential. Namun, saya cukup senang juga karena NewJeans membawakan warna baru ke K-pop yang, sejauh yang saya tahu, belum pernah ada yang membawakan dengan matang, atau setidaknya belum begitu populer atau berpengaruh.

Warna yang dibawakan NewJeans pada side-B comeback kali ini adalah Japanese City Pop. Japanese City Pop ini intinya sebetulnya adalah “eksperimen” musisi Jepang tahun 70-an dan populernya pada tahun 80-an, yang intinya adalah lagu disko. Iya, lagu disko(tik) yang campuran Funk, R&B, dan subgenre-subgenre lainnya. Tapi satu hal yang membedakan City Pop dengan Disko “umumnya” adalah City Pop cukup “tenang” untuk bisa dibawa santai, dengan patokan tidak umumnya adalah didengarkan sambil night drive: menyetir mobil di kota pada malam hari (asal istilah City Pop dari sini, hasil tebakan saya). Tambahan, mengapa ada tambahan “Japanese” di depannya? Entahlah. Banyak hal yang berbau Jepang rasanya lebih bagus, estetik, dan unik. Tapi memang benar adanya, saya cukup yakin kita dapat dengan mudah menebak apakah suatu lagu ini bergenre Japanese City Pop atau tidak, selain karena Bahasa Jepang yang digunakan (tentu saja), juga karena ada karakteristik khasnya yang jujur saya tidak mampu tuangkan dalam bentuk kata-kata.

Mengapa saya bilang menarik bagi sebuah grup idol K-pop untuk membawakan lagu dengan genre Japanese City Pop adalah mengingat bagaimana Bangsa Korea secara keseluruhan memboikot besar-besaran segala hal yang berhubungan dengan Jepang. Mulai dari barang-barang fisik kebutuhan primer (sandang-pangan-papan), kebutuhan sekunder-tersier (mobil/alat transportasi, gawai teknologi mutakhir, perabotan rumah tangga, media), bahkan sampai hal-hal tidak terlihat seperti budaya Jepang. Ya walaupun memang K-pop sudah mulai ekspansi ke pasar Jepang semenjak generasi 2 (SNSD bahkan sampai punya diskografi bahasa Jepang yang menyaingi diskografi bahasa Korea mereka) dan makin meledak di generasi 3 (tebakan saya pengaruh terbesarnya adalah TWICE yang berhasil mendebutkan 3 orang Jepang dari 9 anggotanya), tapi secara spesifik membawa genre Japanese City Pop ke K-pop masih cukup mengejutkan bagi saya.

Uniknya, side-A dari Singel ini, “How Sweet”, berbau Miami Bass yang dikawinkan dengan Electro Beat — singkatnya Hip-hop. Cukup kontras memang, walaupun keduanya sama-sama populer pada tahun 80-an (pertanyaan: apakah NewJeans beralih dari konsep Y2K kepada Retro 80-an?). Ya walaupun lagu “Bubble Gum” ini adalah side-B-nya, tapi betul-betul kontras rasanya Hip-hop di satu sisi piringan hitam dan City Pop di sisi lainnya. Namun demikian, “Bubble Gum” betul-betul jadi hembusan angin segar baru ke K-pop yang belakangan didominasi oleh konsep girl crush yang buat saya pribadi, lama-lama membosankan.

Kita mulai dengan video musik. Video dibuka dengan maknae NewJeans, Hyein, yang mengajak kita untuk melihat cara ia membuat gelembung sabun. Adegan ini ditampilkan dalam resolusi rendah, tebakan saya 480p. Lalu resolusi kembali menjadi resolusi tinggi, sambil Minji menghitung sampai empat dalam Bahasa Korea, “하나, 둘, 셋, 넷.” Setiap hitungan menampilkan Kaset VHS yang dimasukkan ke dalam pemutar kaset. Kesan retro dilanjutkan dengan adegan kelima anggota NewJeans dalam roadtrip (perjalanan) yang direkam oleh kamera tahun 80-an. Lucunya, resolusi videonya tertulis 4K 60 fps padahal jelas-jelas resolusinya rendah, mungkin hanya 480p. Lebih jelasnya lihat saja tangkapan layar di bawah ini.

Ada dua hal yang mengejutkan dari tangkapan layar ini, dan keduanya adalah perihal rambut. Danielle Marsh, sang sumber kebahagiaan, muncul dengan rambut pendek bergelombangnya. Cocok sekali dengan suasana 80-an yang berusaha ditimbulkan. Rias wajah yang digunakan juga betul-betul meninggalkan kesan 80-an. Lalu Hanni Pham, yang muncul dengan potongan rambut “mangkuk” atau “bowl” mirip karakter Setsuko di film Grave of the Fire Flies (1988). Bukan bermaksud membuat sedih, tetapi kita tidak bisa lebih “Jepang Tahun 80-an” dari potongan rambut Hanni Pham ini. Pakaian yang dikenakan Danielle secara spesifik juga menyerupai karakter anime Suzume. Jangan lupa, judul lagu “Bubble Gum” ditunjukkan oleh Danielle yang mengunyah permen karet.

Seperti biasa, Haerin rupanya makin menjadi-jadi menyerupai kucingnya. Matanya yang besar, tajam, dan indah layaknya kucing nan lucu ditambah dengan kelakuannya yang betul-betul seperti kucing. Kelima anggota mengenakan pakaian kemeja putih lengan pendek oversized dan rok pendek warna biru tua. Adegan pendek menunjukkan kelima anggota NewJeans memasuki mobil van, kali ini tanpa format video VHS, lalu dipotong dan layar menunjukkan judul lagu dengan font uniknya. Latar judul ini adalah pantai, sesuai dengan waktu lagu ini dirilis yaitu musim semi, menyambut musim panas. Ternyata layar judul ini dimainkan di sebuah televisi tabung tahun 90-an, mengingatkan kita bahwa apa yang kita lihat adalah sebuah rekaman dari memori indah seseorang pada masa lalu. Sinematografi dan arahan kamera yang dibuat seakan-akan video musik tersebut adalah hasil dokumentasi pribadi menggunakan kamera genggam menambah perasaan nostalgia yang berusaha digambarkan.

Latar video berubah menjadi kelima gadis tersebut yang tinggal dalam satu rumah — atau vila bersama. Haerin yang sedang bermain gelembung sabun saat mencuci piring dan diganggu oleh Hanni, Hyein sang maknae bak anak kecil bermain di depan kipas (kita semua pasti pernah melakukannya waktu kecil), lalu kelima gadis tersebut bermain balon di ruang tengah. Selanjutnya kita kembali melilhat kelima gadis dalam “seragam sekolah” kemeja putih-rok biru, sedang bermain sepeda retro (atau “onthel”, istilah lebih umumnya) dan meniup gelembung sabun. Kita seakan sedang menyaksikan kebahagiaan sekelompok pertemanan lima perempuan remaja, penuh dengan kejahilan dan tawa-canda.

Bagian chorus disuguhkan dengan kelima gadis tersebut bermain di pantai. Bermain pasir. bermain air, bermain gelembung, intinya mereka sedang bersenang-senang sambil mengenakan pakaian kemeja lengan pendek yang digulung mereka itu. Adegan-adegan selanjutnya menunjukkan bagaimana kelima teman tersebut bersenang-senang, entah itu di pantai, sedang bermain sepeda, di ruang tengah, di padang rumput bersama seekor anak sapi, atau bermain lampu dan senter pada malam hari. Sesekali kita melihat Hyein sedang menggunakan iMac tahun 2000-an awal menonton potongan-potongan video nostaliga kelima gadis tersebut. Pada akhir video kita bertemu lagi dengan Hyein setelah kita berhasil meniup gelembung sabun. Hyein berkata bahwa kita hebat dalam meniup gelembung, dan berkata “나랑 칭구할래?” yang kurang lebih artinya “maukah kita berteman?”

Lirik lagu ini sendiri berbicara tentang… jatuh cinta. Bagaimana hati kita berdebar-debar ketika kita di dekat orang yang kita sukai. Bagaimana kita menghabiskan waktu lebih untuk bersolek agar berpenampilan terbaik untuk bertemu orang yang kita suka. Bagaimana kita berharap orang yang kita suka juga memiliki perasaan yang sama — setidaknya memikirkan atau memimpikan kita. Tentu saja, bagaimana orang itu betul-betul manis layaknya permen karet. Bagaimana manisnya permen karet adalah rasa favorit kita.

“You’re my favorite flavor, Bubble gum”

Bagaimana kita berimajinasi bahwa kita dan orang yang kita sukai sudah melangkah jauh dan tinggi layaknya balon udara di angkasa.

이미 우린 저기 멀리 높이 있는 풍선같이

Oh betapa indahnya jatuh cinta. Dideskripsikan oleh lirik dan divisualisasikan oleh video musik, seakan kita sedang “mengintip” sang pujaan hati bermain bersama teman-temannya. Dan tentu saja, Kim Minji.

Bermain bersama cinta pertama

Kim Minji, bagi saya, adalah manifestasi dari sosok cinta pertama kita. Cinta pertama kita, yang kemungkinan besar kita temui di sekolah, direpresentasikan oleh “seragam sekolah” putih dan roknya, Rambut hitam panjangnya, tatapan penuh kepolosannya, dan senyum manisnya. Belum lagi pakaian-pakaian lain yang digunakan di video musik tersebut seakan menampakkan bagaimana seandainya kita bertemu lagi dengan cinta pertama kita bertahun-tahun setelahnya. Dengan orang yang sama, dengan hati yang masih sama, tapi orangnya semakin cantik, dengan tetap seceria dahulu.

Sebuah kencan dengan cinta pertama
Mengamati dari kejauhan

Mungkin ada alasan mengapa “Bubble Gum” bergenre Japanese Citypop. Ada alasan mengapa video musik dibuat sedemikian rupa agar terlihat retro. Ada alasan mengapa kelima anggota NewJeans menggunakan seragam sekolah. Ada alasan mengapa seluruh hal yang sudah dibahas di atas kita anggap “nostalgic” padahal kebanyakan dari kita berumur sama atau hanya sedikit lebih tua dari anggota-anggota NewJeans — yang pasti tidak pernah hidup pada tahun 1980-an. Tentu, filter retro di video membantu, tetapi pasti alasannya jauh lebih dari itu.

Mungkin karena banyak dari orangtua kita yang hidup dan menikmati tahun 1980-an dan kita terpapar kehidupan dan musik ketika mereka muda lah yang menyebabkan kita merasakan saudade pada lagu “Bubble Gum” ini. Kita secara tidak sadar ingin menjalani kehidupan orangtua kita sewaktu muda. Kita juga menganggap masa muda orang tua kita lebih baik; atau setidaknya lebih keren. Ditambah konsep retro yang mudah membuat kita ingin “hidup pada waktu yang bukan waktu kita” dan bagaimana dekade 80-an dikisahkan sebagai dekade penuh kehidupan dan kesenangan oleh media populer belakangan ini, NewJeans berhasil mengeksekusi konsep ini dengan sangat baik dari genre lagu sampai video musik dan segala hal di antaranya.

Itulah mengapa side-B pada comeback NewJeans kali ini segar dan menyejukkan. Itulah mengapa lagu iklan ini seakan menimbulkan nostalgia akan waktu yang tidak pernah kita lewati. Itulah mengapa “Bubble Gum” berhasil menunjukkan kepada kita betapa indahnya jatuh cinta kita yang pertama kalinya kepada cinta pertama kita, semanis permen karet.

Bagi saya, comeback NewJeans kali ini tidak kalah dengan sederetan diskografi (pendek) NewJeans, mulai dari EP pertamanya “New Jeans”, album singel pertama “OMG” yang juga berisi lagu “Ditto” yang memenangkan berbagai Daesang pada tahun 2023, dan EP keduanya “Get Up”. Mungkin memang tidak langsung mudah dihapal-diingat seperti “Hype Boy” atau “Super Shy”, tetapi perlahan, lama-lama, semakin sering didengarkan, semakin enak dinikmati, mirip seperti Ditto.

Hebatnya lagu ini adalah, jika didengarkan dengan perangkat telinga seperti Headset atau Earphone, kita dapat menikmati bass yang groovy, woodwind yang lezat, dan kocokan gitar khas 80-an; ciri-ciri lagu disko yang enak dibawa berjoget. Tetapi, kalau kita mendengarkan dengan santai, volume sedang, tanpa harus difokuskan, kita tetap dapat menikmati seberapa manis dan lembutnya lagu ini, seperti permen karet. Lagu ini berhasil mendapatkan keduanya, bagi pendengar serius dan pendengar santai; suatu hal yang mungkin tidak semua lagu populer Japanese City Pop bisa mencapainya. Contoh, “Stay With Me” oleh Miki Matsubara tidak terlalu enak didengarkan dengan santai. Sebaliknya, “Last Summer Whisper” oleh Anri kurang asik dibawa berdansa di lantai disko. Mungkin yang bisa menyaingi hanya “Plastic Love” milik Mariya Takeuchi.

Oh, satu hal lagi, seperitnya alasan saya pribadi sangat menyukai “Bubble Gum” adalah entah bagaimana tapi atmosfer video musik tersebut menyerupai estetika geng Cinta di film “Ada Apa Dengan Cinta?”. Siapa yang tidak jatuh cinta dengan Cinta di “AADC”? Mungkin itulah yang terjadi dengan saya, jatuh cinta dengan Minji di “Bubble Gum”.

Tidak percaya? Saya coba ajukan perbandingannya di bawah ini.

Minji = Cinta

Hanni = Milly

Danielle = Carmen

Haerin = Alya

Hyein = Maura

--

--

Nabiel Irawan

Tempat mencurahkan isi otak dan hati seorang self-transendence // An Engineering Student trying his best on writing