Kaulah imaji indahku

Nabiel Irawan
2 min readNov 12, 2022

Hujan turun dengan derasnya di Bandung. Sudah berminggu-minggu hujan turun dengan deras, lama, dan tidak pasti. Terkadang terlewat deras dan lama sampai membanjiri; terkadang sekadar lewat namun deras sampai mengotori; terkadang ringan namun lama sampai mengakhiri.

Biru langit dan teriknya matahari menyinari pada siang hari. Malamnya bisa saja terganti dengan awan halus, bahkan sebelum gelap menguasai. Baik itu langit sedang tersenyum, menangis, ataupun tertawa, aku terkadang termenung.

“Aku tidak akan pernah mencinta lagi”, pikirku. “Ideku tentang pasangan yang ideal hanya akan menjadi imaji belaka yang manis untuk dibayangkan, tetapi tidak untuk dijalankan”. Karena aku munafik: aku menuntut kesempurnaan dari diri seorang yang banyak cacatnya.

Lupakanlah segala skenario yang sudah aku bayangkan dengan kau. Bayang-bayang idealisme tersebut hanya akan membuatku semakin sadar bahwa aku hanyalah orang bodoh yang menuntut kesempurnaan dan hidup dalam imajiku sendiri. Idealismeku menghancurkanku.

Tetapi aku ingin belajar menerima kekurangan manusia. Aku ingin belajar mencinta tanpa meminta balas budi. Aku ingin belajar mencinta sepenuh hati tanpa mengharapkan imbalan.

Ceritakanlah padaku keluh kesahmu yang indah itu. Buatlah aku terbawa dalam duniamu itu. Manjalah kepada diriku dan lepaskan semua sifat sok-kuat-mu itu. Serahkanlah dirimu sepenuhnya kepadaku.

Namun biarlah kusimpan rinduku bersama mimpiku. Biarlah aku hidup dalam kesendirian dan idealismeku. Biar aku kubur dalam-dalam inginku untuk bersamamu sekali dan selamanya.

Karena aku takut aku akan mencintai idealismeku tentangmu ketimbang mencintaimu sepenuhnya. Karena aku takut kau tidak seindah yang kubayangkan. Karena aku takut sayangmu akan kalah dengan idealismeku.

Kau hanya akan menjadi imaji indahku yang aku pikirkan ketika aku akan tertidur. Kau hanya akan menjadi imaji indahku yang aku pikirkan ketika aku mengendarai motor atau mobil. Kau hanya akan menjadi imaji indahku yang aku pikirkan ketika aku belajar mecinta lagi.

--

--

Nabiel Irawan

Tempat mencurahkan isi otak dan hati seorang self-transendence // An Engineering Student trying his best on writing