Minal Aidin Wal Faidzin, Kesalahan Saya Bakal Saya Ulangin.
Manusia tercipta dengan segala kelebihannya. Akal pikiran, hati nurani, dan hawa nafsu melengkapi jasad yang fana dengan fungsinya masing-masing. Akal pikiran untuk berpikir secara logis dan rasional, hati nurani agar bertindak secara simpatik dan empatik, dan hawa nafsu yang kadang bisa dianggap kawan maupun lawan.
Iedul Fitri dirayakan oleh dua puluh tiga persen manusia yang ada di bumi. Dari satu koma enam milyar manusia tersebut, bagian terbesar ada di Indonesia. Setidaknya dua ratus tujuh juta atau sekitar delapan puluh tujuh persen penduduk Indonesia merayakan hari tersebut, baik dari mereka yang beribadah taat dan serius maupun yang hanya sekadar mencantumkan Islam di dokumen-dokumen resmi.
Indonesia menjadi salah satu negara yang cukup terasa suasana baik Iedul Fitri maupun proses sebelumnya. Buka bersama sebagai ajang silaturahmi kawan lama dan kumpul keluarga, tradisi membagikan takjil dan membangunkan sahur, drama penentuan tanggal 1 Syawal dan 1 Ramadhan yang berbeda antara satu ormas dengan pemerintah; atau Sholat Ied berjamaah di lapangan terbuka saat matahari mulai muncul di atas horizon lalu berkumpul bersama keluarga besar dan makan ketupat
Kebetulan Indonesia kental dengan budaya ketimurannya yang mengutamakan sopan santun dan kekeluargaan, setidaknya di depan orang lain. Ketika Iedul Fitri tiba, sebagian orang berkumpul bersama keluarga dan bersilaturahmi bersama, sedangkan sebagian yang lain memastikan mereka yang berkumpul dengan keluarga benar-benar bisa berkumpul dengan keluarga mereka.
Bulan Ramadhan yang sudah dijalani dua puluh sembilan atau tiga puluh hari terkadang dianggap sebagai perjalanan menuju kemenangan. Selama bershaum, yang menjalankannya diwajibkan untuk tidak makan dan minum dan menahan hawa nafsu — yang dalam hal ini berarti amarah, emosi — dari mulai fajar sampai matahari terbenam. Untuk sebagian besar orang, menahan hawa nafsu lebih sulit daripada menahan makan dan minum. Rasa dengki, amarah, jengkel kepada orang lain nampaknya harus ditahan. Inilah mengapa banyak yang menganggap ketika ramadhan berakhir maka hawa nafsu yang tertahan itu harus dilenyapkan; dimaafkan.
Bertemu dengan sanak famili yang mungkin hanya setahun sekali atau bahkan bertahun-tahun lamanya sekali merupakan momen yang cukup membuat sebagian besar yang mengalaminya senang. Tanpa dimintapun langsung bercengkrama dan diakhiri dengan perkataan yang berjuta-juta manusia lainnya katakan, Minal Aidin Wal Faidzin, Mohon Maaf Lahir dan Batin.
Minal Aidin Wal Faidzin yang artinya sesuai dengan perkataan selanjutnya yaitu mohon maaf lahir dan batin nampaknya sudah menjadi perkataan standar para manusia penganut islam di Indonesia. Kata-kata itu muncul menjelang, selama, dan sesudah Iedul Fitri datang, baik dari mulut ke mulut, tulisan di kertas maupun kartu, yang lebih populernya di social dan instant messaging media. Kebanyakan mengucapkannya ditambahkan kata-kata lain atau dibarengi dengan jabat tangan dan pose merendah.
Ketika sesuatu diucapkan atau dilakukan berulang-ulang kali, maka hal tersebut tidak akan lagi spesial. Jika seseorang membuat lelucon dan diucapkan untuk pertama kalinya, maka kebanyakan akan tertawa dan menganggap lelucon tersebut lucu. Ketika diucapkan untuk yang kedua, ketiga, atau bahkan keempat kalinya, maka sebagian akan masih tertawa. Ketika sudah terlalu banyak diucapkan, maka tidak akan lagi lucu dan malah dianggap basi.
Memaafkan dan dimaafkan bukanlah sesuatu hal yang umum. Maaf hanya muncul ketika sesuatu atau seseorang berbuat salah. Sebagian manusia memiliki gengsi yang menyebabkan pemberian dan permintaan maaf sulit untuk diucapkan. Beberapa karena malu dan akan memperjelek citra mereka, beberapa yang lain karena menganggap maaf itu sekadar formalitas dan kata-kata belaka dan pada akhirnya semua orang akan meminta dan memberikan maaf.
Ketika kata-kata maaf muncul setiap tahunnya pada momen dan waktu yang relatif sama, maka maaf tersebut tidak akan sama dengan maaf yang diucapkan ketika suatu kesalahan spesifik muncul. Kata-kata maaf yang diucapkan setiap tahun akan lebih mengarah ke formalitas karena tidak lagi spesial dan hanya menjadi omongan belaka. Kata-kata maaf yang diucapkan terus menerus dalam waktu yang relatif sama akan pada akhirnya menjadi omongan belaka.
Permintaan maaf seharusnya dibarengi dengan aksi nyata untuk berubah ke arah yang lebih baik. Apalah arti meminta maaf setiap tahun ketika kesalahan yang sama kembali diulang-ulang setiap tahunnya dan tidak ada perubahan? Apalah arti dari memberi maaf jika orang yang sama akan terus mengulangi kesalahan yang sama dan tidak ada perubahan? Manusia memang tidak luput dari kesalahan, tetapi apa salahnya berusaha untuk mengurangi atau menghindari kesalahan yang sudah pernah dilakukan?
Belajarlah untuk memaafkan tidak setiap saat. Belajarlah untuk memaafkan seperlunya saja. Belajarlah untuk meminta maaf secukupnya saja. Karena maaf yang diminta dan diberikan akan terkesan formalitas belaka ketika diminta secara berkala dan tidak adanya perubahan dari yang meminta.
Selamat Hari Raya Iedul Fitri 1440H. Selamat berkumpul dan bersilaturahmi dengan keluarga. Selamat meminta dan memberikan maaf. Semoga maaf yang diminta dan diberikan tidak sekadar omong kosong belaka dan menjadi maaf yang memiliki arti.